Kisah kedua adalah tentang Ardi alias Aco. Dia adalah pemuda Lembang-Lembang. Pekerjaannya adalah pemulung. Beberapa tahun lalu, video Aco menjadi viral setelah tertangkap kamera sedang mengajar anak-anak pemulung lainnya di pinggir jalan.

“Kemarin Aco datang menemui saya di Rujab. Dia minta bantuan, katanya mau kuliah di Jogjakarta,” kata Ilham Azikin.

Bupati bergelar doktor pemerintahan ini kemudian menawarkan alternatif lain kepada Aco. Ada dua alternatif, kuliah di Amkop atau belajar di AKOM. Tetapi Aco menolak kedua tawaran itu.

“Saya kan dosen Amkop juga, jadi bisa loloskan Aco kuliah gratis di Amkop. Tetapi Aco menolak. Ini sudah bupati yang menawarkan, dia tetap menolak,” kata dia.

Ilham Azikin kemudian mencoba menggali alasan Aco menolak tawarannya itu. Ternyata, Aco memang sudah bercita-cita untuk kuliah di Jogjakarta. Dia juga ingin membuktikan bahwa anak pemulung bisa kuliah di Jogjakarta, di tempat berkelas.

“Ternyata Aco ini ingin memperlihatkan ke saudara-saudaranya bahwa dia bisa. Aco ini ada 12 bersaudara, dia anak kelima,” kata dia.

Ilham Azikin menambahkan, dua kisah ini memberikan inspirasi jika sekolah memiliki peran yang sangat penting untuk pembentukan karakter siswanya. Dia mengatakan, kisah Dini dan Aco menggambarkan jika pembentukan karakter dari sekolah itu penting di lakukan.

“Bahwa membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) dimulai dari rumah tangga itu memang betul. Tetapi tidak sepenuhnya betul. Rumah tangga penting untuk anak-anak kita, tetapi jauh lebih penting pembentukan karakter dari sekolah,” kata Ilham Azikin.

Pendekatan Spesifik

Dalam kesempatan itu, Ilham Azikin juga menekankan kepada para guru terkait pentingnya pendekatan dalam pola mengajar. Dia menyebut, sudah saatnya dilakukan pendekatan secara spesifik kepada siswa saat proses mengajar.