Media sosial telah memungkinkan aktivis gender untuk menjangkau khalayak yang lebih luas dan untuk membangun komunitas global. Platform online juga telah memungkinkan individu untuk terlibat dalam aktivisme dengan cara baru, seperti dengan menandatangani petisi, menyumbang ke organisasi nirlaba, dan menyebarkan informasi tentang masalah gender. Kemudahan akses dan kecepatan penyebaran informasi membuat media sosial menjadi alat yang efektif untuk mobilisasi massa. Misalnya, kampanye seperti #BringBackOurGirls di Nigeria berhasil menarik perhatian internasional terhadap penculikan anak perempuan oleh kelompok teroris Boko Haram, yang kemudian memicu tekanan global terhadap pemerintah untuk bertindak.

Namun, aktivis gender online juga sering menghadapi pelecehan dan ancaman. Pelecehan ini dapat berupa komentar kebencian, ancaman kekerasan, dan bahkan serangan terkoordinasi untuk membungkam suara mereka. Beberapa aktivis menerima ancaman yang sangat serius sehingga mereka harus mempertimbangkan keamanan fisik mereka. Misalnya, banyak aktivis perempuan yang vokal dalam isu-isu gender mengalami serangan cyber-bullying yang mengerikan, yang sering kali berdampak pada kesehatan mental mereka dan kadang-kadang memaksa mereka untuk berhenti dari kegiatan online mereka.

Platform media sosial perlu melakukan lebih banyak untuk melindungi aktivis dan untuk menciptakan ruang yang aman bagi aktivisme gender. Ini termasuk memperkuat kebijakan moderasi konten, meningkatkan sistem pelaporan dan respons terhadap pelecehan, serta memastikan bahwa pelaku pelecehan ditindak secara tegas. Selain itu, platform harus mempertimbangkan untuk menyediakan dukungan hukum dan psikologis bagi para aktivis yang menjadi korban pelecehan. Beberapa platform telah mulai mengambil langkah-langkah ini, tetapi masih banyak yang perlu dilakukan untuk memastikan lingkungan online yang aman dan inklusif.

Selain itu, penting bagi platform media sosial untuk mempromosikan narasi positif dan mendidik pengguna tentang pentingnya kesetaraan gender. Ini bisa dilakukan melalui kampanye kesadaran, kolaborasi dengan organisasi non-pemerintah, dan program pendidikan yang menyoroti dampak positif dari kesetaraan gender. Pendidikan ini tidak hanya akan membantu mengurangi pelecehan, tetapi juga akan mendorong perubahan sikap dan perilaku yang lebih luas di masyarakat. Sebagai contoh, kampanye #HeForShe yang dipromosikan oleh UN Women telah berhasil melibatkan laki-laki dalam upaya kesetaraan gender, menunjukkan bahwa perubahan sosial membutuhkan partisipasi dari semua gender.