Masya Allah, engkau semakin tegar saja dalam setiap cobaan, yang selalu memberikan jalan kebenaran. Apa yang engkau hadapi, segalanya dengan penuh keikhlasan, natural dan bijaksana. Anta syamsun wa anta badrun.

Sungguh mulia hatimu ya Rasul. Allâhuma Shalli ‘Alâ Sayyidinâ Muhammad, semoga shalawat untukmu tetap bergema hingga penghujung masa.

Kau tidak pernah dendam kesumat pada cebong-cebong zaman, engkau tidak pernah lelah memperjuangkan agama Allah yang hakiki.
“Seandainya matahari diletakkan di tangan kananmu, bulan di tangan kirimu, engkau tak akan berhenti menyampaikan risalah dakwah sehingga berhasil atau engkau mati karenanya.”

Demikian sebongkah amsalmu terekam audio visual dunia. Petitih nirmala itu engkau sampaikan kepada pamanmu Abu Thalib yang bermazhab subversif tulen. Seketika itu pamanmu berubah haluan untuk membelah perjuanganmu. Yah, dia membelamu hanya karena “Assijingeng” (kemanakan), bukan pleidoi seakidah.

Mulai saat itu kau tiada gentar mengegah kakimu melawan sarwa angkara murka. Engkau terus melewati tebing curam penuh onak dan duri. Kau tiada lelah berdakwah hingga jantungmu masih berdetak memompa tajalli, menghidupkan serpihan asa.

Allahuma Salli ‘Ala Sayyidina Muhammad. Semoga Shalawat itu akan tetap berdengung Hingga akhir masa nanti.

Malili (Luwu Timur), 22 Oktober 2021