Di antara kabupaten itu adalah Halmahera Selatan, Siak, Nias Utara, dan lainnya.

Kepala daerah yang ingin mendatangkan transmigran menurut Viva Yoga buah dari paradigma baru transmigrasi di era Presiden Prabowo Subianto. Paradigma baru ini tidak seperti pada masa lalu.

“Dulu sifatnya sentralistik dan top down, sekarang desentralistik dan bottom up,” tuturnya.

Kepala daerah menginginkan transmigran karena mereka paham betul manfaat transmigran.

“Lahan-lahan kosong yang terhampar bila dimanfaatkan menjadi sawah atau perkebunan produktif akan menjadi sentra produksi beras dan kekuatan ekonomi lainnya di daerah tersebut,” ujar mantan anggota Komisi IV DPR itu.

“Sebagai sentra produksi beras membuat daerah transmigran bisa mencukupi kebutuhan kebutuhan pangannya sendiri,” tambahnya.

Untuk lebih menarik masyarakat ikut transmigrasi, syarat yang diberlakukan juga semakin diperlonggar.

“Seperti Kementerian Ketenagakerjaan yang menghapus batas usia bagi pencari kerja, sekarang yang ingin ikut transmigrasi tidak harus berkeluarga,” ujar Viva Yoga.

Mereka yang berstatus lajang juga bisa ikut transmigrasi. Bagi yang lajang yang ingin menjadi transmigran bisa lewat program Transmigrasi Patriot.

“Mereka adalah mahasiswa yang diberi beasiswa oleh Kementerian Transmigrasi yang selanjutnya mengaplikasikan ilmunya di kawasan transmigrasi,” tuturnya.

Pada masa lalu menjadi transmigran identik menjadi petani atau peladang di daerah baru namun saat ini menjadi transmigran tak harus menjadi petani.

Adanya paradigma baru serta kebutuhan masing-masing daerah yang tak sama membuat banyak pilihan profesi bagi para transmigran.

“Ada daerah yang membutuhkan transmigran nelayan, pekerja kebun, tambang, dan lainnya,” ungkap Viva Yoga.

YouTube player