Darurat Proman
By Suf Kasman

Ada yang lebih penting diperhatikan di masa Pandemi Covid 19 ini. Apa itu? Menjaga Proman “Protokol Keimanan” saat kepanikan melandai.

Mengapa Proman begitu penting dijaga dan dipelihara? Karena Proman menyangkut Hablum Minallâh (hubungan vertikal manusia dengan Tuhannya).

Ketika jiwa mulai kering kerontang, bila kesejukan sungai nurani terasa gersang, pada saat fuad mengalami guncangan dahsyat. Maka berlarilah menuju Allah melalui sarana Proman (Protokol Keimanan), agar hati bisa menjadi tenang.

Saking pentingnya Proman untuk dirawat―sehingga Rasulullah Saw mengkhususkan dakwahnya di Mekkah―dengan materi keimanan (Proman), Lâ Ilâha Illallâh (Tiada Tuhan Selain Allah).

Selama 13 tahun memberi tarbiyah di negeri Ummul Qura, Beliau Saw mengonsentrasikan modul pembelajarannya berupa teknik efektif dalam meraih kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.

Kendati jumlah peserta yang ikut training Angkatan I pada program Proman masih sangat sedikit. Namun, pemilihan bibit unggul berkualitas, itulah “Assabiqûnal Awwalûn”. Seperti Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dll. yang sulit tertandingi ketaqwaannya di rentang waktu apapun.

Rasulullah Saw telah melahirkan delegasi-delegasi berbasis IMTAQ (Iman & Taqwa) terbaik sepanjang masa. Beliau meluluskan praja-praja alim “Berdaya Saing Tinggi Kualifikasi Ketaqwaan”, berkah Bimbel Proman yang mujarab nan mustajab.

Sisanya, mayoritas kabilah-kabilah Arab menolak menjadi partisipan Proman. Mereka enggan masuk gedung “Diklat Kenabian” menjadi peserta “Pelatihan Radhiyallâhu ‘Anhum”. Melainkan lebih memilih hidup di alam bebas sambil melampiaskan gelembung-gelembung syahwatnya. Mereka mengobral naluri kebinatangannya.

Mereka tiada henti-hentinya meng-atraksikan nafsu liarnya demi kenikmatan dunia semu, tanpa rasa malu hingga melupakan harga diri. Seperti dedengkot kafir Quraisy paling angker selevel Abu Jahal, Abu Lahab, dan Umayyah ibn Khalaf. Sehingga bermunculan Abu Janda-Abu Janda millenial mengikuti jejak sang biang keladi keburukan tsb. Mengejar popularitas yang hilang dan pergi.