Kata integritas sering kita dengar, kata tersebut merupakan sesuatu yang mudah diucapkan, namun praktiknya sangat sulit untuk dilakukan. Integritas juga menjadi sesuatu yang amat istimewa dan berkaitan dengan moral. Hanya ada segelintir tokoh yang disebut sangat menjaga integritasnya dan diakui oleh manusia lainnya. Dalam konteks etika, integritas dianggap sebagai kebenaran atau ketepatan dari tindakan/perilaku seseorang. Orang-orang yang memiliki integritas adalah orang dianggap selalu bertindak, bersikap dan berperilaku atas dasar nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip, yang kata mereka, mereka pegang teguh.

Jika kita hubungkan hal tersebut diatas, maka akan kelihatan hubungan yang sangat erat antara Fitnah yaitu terkait kebohongan, ketidakjujuran, godaan dan cobaan yang berkait dengan hati dan keimanan, Niat yang merupakan suatu keinginan dan tindak yang bersumber dari hati yang jika diarahkan dengan baik tentu membawa kebaikan dan mampu menghindari dari fitnah dan penyelewengan, sedangkan Integritas berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai moral dan etika, sikap yang teguh mempertahankan prinsip untuk tidak mau korupsi.

Dengan demikian persoalan tidak berintegritas itu pada dasarnya didasari oleh keinginan, niat, kebohongan, ketidak jujuran dan godaan untuk menyimpang dan korup. Maka kekuatan dan kemampuan menjaga hati dengan ketulusan dan amanah adalah kunci Integritas diri.

Integritas dapat menjadi salah satu modalitas penting dalam membangun bangsa dan negara yang tangguh. Karena integritas, para pejabat dan masyarakat tidak akan melakukan korupsi, suap, kolusi dan nepotisme. Melalui integritas pula akan tumbuh kejujuran, akuntabilitas dan keadilan nasional. Uang negara akan digunakan demi kesejahteraan masyarakat karena tidak diselewengkan, fitnah atau hoax tidak akan terjadi yang dapat menciptakan kenyamanan dan keamanan, serta tumbuhnya kepatuhan yang dapat menyebabkan keteraturan dan ketertiban.