Jika diksi yang di ucapkan pada tulisan paragraf pertama di atas, mesti di balas dengan “jangan menete terus dengan UKT mahasiswa, jika UKT yang kemudian di bayarkan tidak sesuai dengan harapan dalam proses belajar mengajar. Dan juga anggaran lembaga kemahasiswaan itu HAK mahasiswa, kalau pimpinan ngomong soal menete, apa bedanya dia yang terima gaji dari pajak rakyat.

Saya selalu berfikir bahwa, mengapa sebagian oknum seorang akademisi yang sedang memangku kebijakan tidak menyukai kebenaran, dan lebih di biasakan dengan kebohongan, kesalahan, dan kemunafikan? Jika jawabannya karena manusia tidak luput dari kesalahan, apakah mengulang kesalahan,kebohongan, menipu, menindas, menghisap, itu adalah manusia? Tentu bukan kan, bahkan ia jauh dari hewan. Maka saya ingin katakan bahwa jika kampus hari ini membiarkan penyimpangan, maka akan melahirkan dan membuat karakter kita rusak terbawa olehnya.

Lihat saja hari ini, prestasi seringkali dianggap prestasi yang baik adalah berhasil mengembangkan proyek-proyek, yang muncul atau di buat karena mereka eksis untuk mencari keuntungan dan menghisap, mengadakan seminar pengembangan belajar misalnya, penelitian untuk alibi mengabdi kepada masyarakat. Sedangkan hal kecil yang ada di depan mata, persoalan aksesibilitas untuk mendapatkan hak bagi teman teman Difabel dalam merasakan kenyamanan, tidak sama sekali di perhitungkan.

Hal ini tentu kita sebagai seorang manusia di wajibkan menjaga supaya jangan ada orang yang terus-menerus melakukan perbuatan yang tidak benar, sebab mengulang suatu kejahatan itulah yang di sebut sebagai kejahatan. Di dalam firman Tuhan.” Benarkanlah apa yang benar, kelirukanlah barang yang keliru, kendati orang keliru itu benci kepadamu.” Dan jika kita beriman tentulah kita tidak syak lagi untuk mengindahkan firman Tuhan, meski kita di benci oleh orang yang berbuat salah, sebab saya yakin bahwa kesalahan tidak akan pernah ada pada orang yang berfikir lurus. Kendatipun dia Raja, pemerintah negeri, bahkan ulama ulama atau kiai tidak peduli siapapun dia. Jika ia berbuat salah atau keliru perlu untuk di luruskan.