Opsi untuk pemerintah daerah Sulsel dan Lutim
Menurut penulis, dibanding menolak perpanjangan ijin Vale Indonesia yang sebenarnya sudah dijamin UU, sebaiknya pemerintah provinsi Sulsel dan Pemkab Lutim fokus pada tiga hal. Pertama, mengusahakan agar pemerintah daerah mendapat Porsi Saham di Vale Indonesia. Komposisi pemagang saham PT Vale Indonesia terdiri atas Vale Canada Limited sebesar 44,3 %, MIND ID sebanyak 20 %, Sumitomo Metal Mining 15 %, dan publik sebesar 20 %. Sesuai dengan aturan UU Minerba yang mewajibkan divestasi saham dengan minimal 51 % untuk pemegang saham Indonesia, masih tersisa sekitar 11 % yang harus didivestasikan PT Vale sebelum berakhir kontrak karya di tahun 2025. Perusda Sulsel dan BUMD Lutim dapat membentuk perusahaan patungan untuk membeli saham Vale sesuai dengan harga pasar saham yang berlaku pada saat transaksi, persentasenya tentu sesuai kemampuan keuangan pemerintah provinsi dan kabupaten. Analisis sederhana, saat perusahaan Mining Industry Indonesia (MIND ID) di tahun 2020 lalu membeli 20% saham Vale sebagai kewajiban divestasi tahap pertama, valuasi saham Vale (INCO) sebesar Rp. 2980/saham, MIND ID harus mengeluarkan uang sekitar 5,5 Triliun. Berarti apabila memakai harga saham tahun 2020, harga 11% sisa saham yang wajib didivestasikan tersebut bernilai 2,25 Triliun lebih. Melirik harga saham Vale (INCO) saat ini, 12/9/2022 sudah mencapai Rp. 6.750/saham. Artinya, butuh dana lebih dari 5 Triliun untuk mencaplok 10% saham tersebut. Nilai yang sangat besar dibanding kemampuan keuangan daerah Sulsel dan Lutim. Tapi skema pembelian dapat diatur, tentu tidak harus menggunakan dana APBD yang akan mengorbankan rencana pembangunan daerah, tapi dapat memakai skema kerjasama dengan beberapa pihak.