Memahami Demokrasi Amerika Serikat
Kondisi inilah yang Robert Dahl, sebut sebagai “demokrasi substansial”. Menurutnya, salah satu syarat utama bagi sebuah negara untuk sampai pada demokrasi substansial adalah membangun “Logika Persamaan” di dalam masyarakat. Sebab, hal itu akan membawa suatu mekanisme perundingan yang adil (demokratis), karena setiap individu merasakan dirinya bebas dari keterikatan atas individu, kelompok ataupun masyarakat lain. (Robert Dahl : 2001).
Pada puncaknya, logika persamaan ini harus menjadi kebudayan warga negara (civic culture). Masyarakat dan komunitas apapun harus memahami derajatnya di hadapan hukum adalah sama. Besar kecilnya sebuah komunitas, identitas ataupun kuantitas kekayaan, tidak membuat hak dan kewajibannya menjadi berbeda di mata negara. Tidak ada lagi logika mayoritas dan minoritas yang membuat mayoritas merasa memiliki privilege lebih atas komunitas lainnya.
Dengan demikian, agaknya cara pandang atau civic virtue masyarakat AS inilah yang menjelaskan, mengapa tragedi pembantaian rakyat Palestina oleh pemerintah Israel, menuai kecaman publik. Sebab tragedi tersebut menyalahi logika dasar demokrasi dan Hak Asasi Manusia yang menjadi nalar hidup bangsa Amerika.
Hanya saja, sebenarnya ada dua kultur nilai demokrasi di negeri Paman Sam: nilai demokrasi yang memang menjadi jalan hidup (civic virtue) rakyat AS, dan nilai demokrasi yang ditafsirkan dalam bentuk kebijakan oleh pemerintah AS, atau demokrasi ala pemerintah AS. Hal ini sebenarnya terjadi di banyak negara.
Sayangnya, tafsir demokrasi ala pemerintah AS tersebut kerap kali tidak sejalan dengan nilai-nilai luhur yang dianut masyarakatnya. Bahkan pada kasus Palestina, bersifat ambivalen. Ternyata, keberpihakan pemerintah dan negara AS kepada Isarel sebenarnya sudah berlangsung lama di AS. Bahkan menjadi wajah dari rasialisme, atau rasisme yang terstruktur dan lembagakan dalam sistem pemerintahan AS. Wajah ini juga yang dulu akhirnya menimbulkan kasus Goerge Gloyd, warga kulit hitam yang dianiaya oleh polisi kulit putih hingga memunculkan protes dengan tajuk “Black live matter”.
Tinggalkan Balasan