Ini tentu saja sebuah ironi. Bagaimana mungkin paham rasisme yang sedemikian sudah ditentang sejak lama oleh publik dunia, justru berkembang sedemikian rupa menjadi Lembaga di tengah masyarakat yang sangat mapan dalam memahami hak dan kewajibannya?

Akan tetapi, bila kita melihat dari sisi berbeda atau dari perspektif sebagian besar masyarakat internasional terhadap pemerintah AS, sebenarnya fakta di atas tidak mengejutkan. Sebab pola yang sama itu, kerap terlihat secara gamblang dalam kebijakan politik luar negeri AS yang umumnya bersifat unilateral selama beberapa dekade belakangan. Dari model kebijakan politik luar negeri AS yang seperti inilah banyak penduduk dunia yang menilai bahwa jargon demokrasi AS tak lebih dari sebuah hipokrisi semata.

Terlebih ketika AS di bahwa pemerintahan Goerge W. Bush, dengan mengatas-namakan demokrasi itu juga, melakukan agresi ke Irak yang menyebabkan hancurnya peradaban bangsa Irak yang sudah berumur ribuan tahun tersebut. Dan sejak negeri Paman Sam tersebut diperintah oleh Donald Trump, wajah arogansi AS tersebut kian terlihat nyata.

Selama masa pemerintahan Donald Trump, AS sudah berkali-kali melakukan tindakan unilateralisme seperti ini. Mulai dari walk out-nya AS dari konvensi Iklim di Paris; menyatakan secara sepihak status Yerusalem sebagai ibu kota Israel; hingga secara sepihak menyatakan mundur dari kesepakatan Nuklir Iran yang ditandatangani oleh 5 negara pemegang Hak Veto + Jerman (P5+1).

Pada tahun 2017, Trump juga sudah menandatangani UU CAATSA yang berisi pemberian sanksi kepada Iran, Rusia dan Korea Utara, serta semua negara yang mengadakan hubungan dengan ketiga negara tersebut. Terkait hal ini, China, India dan Turki sudah merasakan dampaknya. Belakangan Indonesia juga ikut merasakan dampaknya, dengan tertundanya pengiriman 11 Pesawat Sukhoi yang sudah jauh hari dipesan dari Rusia. Dan apa yang dilakukan AS terhadap Jenderal Qasim Sulaimani dan Jenderal Mahdi Al-Muhandis pada 3 Januari 2020 lalu, bisa dikatakan sebagai bentuk arogansi paling telanjang yang disaksikan dunia.

YouTube player