Tidak bisa ditawar-tawar lagi, stempel kematian sudah bekerja secara natural, akurat dan terperinci.

Apabila daun yang bertuliskan nama Fulan bin Fulan mulai gugur di lauh mahfudz. Begitupula nafas enggan berafiliasi dengan gas oksigen bumi, dan tanah mulai mengeluarkan aroma kerinduannya untuk dihuni. Terasa tubuh mulai menggigil hebat, denyutan jantung pun semakin melemah tak berirama.

Pada saat itulah keperkasaan jejemari Izrail menjelma kekuatan “Bulldozer Komatsu”, langsung mencungkil akar-akar ruh dari anatomi jasad, membongkar ekstrak unsur non-materi dalam raga.

Lamat-lamat meruak jerit lengkingan nafsu-nafsu liar membahana ke seluruh stadion petala bumi, sampai makhluk yang ada di sekitarnya pun mendengar rintihannya kecuali manusia dan jin. Itulah proses perjalanan kematian yang amat melelahkan.

Kematian memang merupakan misteri yang sulit diterima logika dan akal sehat manusia. Sebab, ajal tidak memandang usia, jenis kelamin, etnis, agama, tempat tinggal, dll. Pendeknya, semua berakhir pada waktunya. Itulah ajal bin kematian alias al-maut yang mengerikan.

Ilustrasinya, hidup ini seperti terbitan sebuah buku pedoman. Sampul depan adalah waktu kelahiran, pembungkus belakang diilustrasikan almanak kematian. Tiap lembar kertasnya merupakan hari-hari yang dilewati dalam hidup”. Metafora lain, usia manusia bagaikan sebuah tali tambang. Lambat laun memendek karena aus dan lapuk dimakan usia. Melalui hari-hari maut dirajut. Manusia kerap bersuka ria dan melupakan akhir hayatnya (di penghujung masa).

Kini, populasi manusia di era milenial semakin banyak, bisa saja menjadi ancaman kepunahan sebagian besar Bani Adam. Tatkala tekanan aturan Isoman (Isolasi Mandiri) dalam rumah, tanpa pemberian bantuan logistik berupa makanan & minuman secara menyeluruh dan merata. Mungkin inilah yang disebut orang PPKM, Pelan-Pelan Kita Mati.