November lalu, saham Tesla turun hampir 5% setelah sang pengusaha membuat jajak pendapat Twitter tentang apakah dia harus menjual sebagian sahamnya di perusahaan – pada kenyataannya, 58% dari 3,5 juta akun yang ambil bagian mengatakan dia harus melakukannya.

Pada Mei 2020, Musk menyebabkan malapetaka yang lebih besar dengan mengetwit bahwa dia pikir harga saham perusahaan Tesla “terlalu tinggi”.

Komentar itu menghapus US$14 miliar dari nilai pasar Tesla.

Dan yang terbaru… Lelucon Coca-Cola

Kontroversi Twitter terbaru Elon Musk, yang terjadi setelah dia membeli perusahaan media sosial tersebut telah bikin gempar.

Pada tanggal 28 April ia dengan bercanda mengumumkan rencana untuk membeli Coca-Cola sehingga ia bisa menambahkan kokain ke formula minuman bersoda paling terkenal di dunia itu.

Minuman yang ditemukan pada tahun 1885 oleh apoteker AS John Pemberton itu aslinya memang mengandung ekstrak daun koka. Waktu itu kokain legal dan merupakan bahan umum dalam obat-obatan, menurut Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba Amerika Serikat.

Bagaimanapun, zat itu kemudian tidak lagi digunakan dalam minuman tersebut sejak 1929.

Sementara beberapa dari 87,4 juta pengikut Musk bereaksi positif terhadap posting tersebut, yang lain mengkritik apa yang mereka lihat sebagai promosi untuk narkoba.

Ini bukan pertama kalinya pengusaha itu membuat kontroversi karena narkoba. Dia menjadi viral karena merokok ganja dalam sebuah wawancara dengan pembawa acara podcast Joe Rogan pada tahun 2018.

Pasangan itu sedang syuting di California pada saat itu, tempat narkoba itu legal namun para kritikus berpendapat itu bukan tampilan yang bagus.