OPINI – Setelah di awali dengan berbagai ketegangan, akhirnya Rusia mendeklarasikan perang terhadap Ukraina pada Kamis (24/02/2022). Sebagai negara yang berdaulat, Ukraina melakukan perlawanan mempertahankan negaranya.

Menebak Pasca Invasi Rusia ke Ukraina
Marwan (Mahasiswa S2 Hubungan Internasional UI dan pengurus Center for Global Studies, RPI)

Dalam perang ini, terdapat dua narasi yang berkembang. Bagi Rusia, hal ini adalah langkah untuk membantu Republik Donetsk dan Luhansk dari serangan Ukraina. Pasalnya, dua negara yang baru diakui oleh Rusia sebagai negara berdaulat ini, telah meminta kehadiran Rusia untuk mempertahankan negaranya dari gangguan tentara Ukraina (oleh Ukraina keduanya masih bagian dari Ukraina). Sehingga bagi Rusia, perang tersebut disebut dengan operasi spesial untuk mendemiliterisasi Ukraina.

Baca Juga: Invasi Rusia Meningkat, Australia Siapkan Bantuan Pasokan Senjata untuk Ukraina

Narasi kedua adalah invasi Rusia atas Ukraina. Narasi ini digunakan oleh media-media barat dan pemimpin-pemimpin barat. Bagi mereka, Rusia adalah agresor yang haus akan kekuasaan. Alhasil, barat memberikan sanksi diplomatik dan ekonomi yang cukup massif terhadap Rusia.

Di balik Rusia Menyerbu Ukraina

Jika kita menelisik kebelakang, apa yang dilakukan Rusia tidak bisa lepas dari sejarah perang dingin dan keruntuhan Blok Uni Soviet (Blok Timur) di bawah pimpinan Rusia. Hal ini juga ditegaskan oleh Putin dalam berbagai pernyataan.

Baca Juga: Miliki 40.000 Tentara, NATO Kirim Ribuan Pasukan ke Ukraina

Secara garis besarnya, Putin ingin menegaskan bahwa apa yang dilakukan pada Ukraina merupakan bentuk perlawanan atas barat yang tergabung dalam NATO. Sebagaimana diketahui NATO merupakan pakta pertahanan keamanan yang dibentuk di era perang dingin oleh negara-negara Blok Barat. Di pihak lain, di Blok Timur, terdapat Pakta Warsawa. Kedua organisasi kerja sama keamanan dan militer ini bersaing satu sama lain.