Melemahnya Uni Soviet membuat pakta Warsawa ikut bubar. NATO di atas angin, demikian juga Blok Barat. Satu persatu negara-negara anggota Uni Soviet pun memerdekakan diri, termasuk Rusia dan Ukraina. Satu persatu juga anggota Pakta Warsawa bergabung ke NATO, meskipun belum semua seperti Ukraina. Demikian juga beberapa dari mereka bergabung dalam blok kerja sama ekonomi Uni Eropa. Hal ini membuat pamor Uni Soviet semakin ditinggalkan.

Baca Juga: Detik-detik Rudal Rusia Hancurkan Depot Minyak Ukraina

Apalagi gelombang liberal demokrasi (ideologi barat) semakin populer karena menawarkan kebebasan. Di sisi lain, komunisme yang merupakan ideologi Uni Soviet jauh dari nilai-nilai kebebasan seperti yang ditawarkan oleh demokrasi. Faktor ini yang menjadi salah satu alasan masyarakat dari negara-negara eks-Uni Soviet ingin bergabung dengan Uni Eropa maupun NATO.

Dalam perkembangannya, Rusia sebagai ahli waris Uni Soviet ternyata mulai bangkit secara ekonomi dan militer. Rusia ingin tampil kembali sebagai aktor penting dalam menyusun arsitektur keamanan, ekonomi dan politik global. Rusia ingin mengembalikan kembali “arwah” Uni Soviet menjadi salah satu kekuatan utama dalam percaturan global. Sementara itu, barat tidak ingin hal tersebut terjadi. Upaya barat untuk mengizinkan bahkan mengajak negara eks-Uni Soviet untuk bergabung dalam Uni Eropa maupun NATO merupakan upaya untuk menggagalkan cita-cita Rusia tersebut.

Dengan kata lain, mental perang dingin antara Rusia (representasi Blok Timur) dan barat kini sedang berlangsung dan medan pertarungan yang jelas, ada pada Ukraina. Barat memang tidak hadir secara langsung. Namun kehadiran mereka dapat dilacak saat kudeta 2014 terhadap Presiden Viktor Yanukovich yang pro Rusia. Pasca kudeta, tampil presiden baru yang pro barat. Arah politik Ukraina pun berubah.