Sebagai mantan agen KGB (Badan Intelijen Uni Soviet) bahkan pernah menjadi Kepala FSB (Penerus KGB), Putin tentu sangat paham dengan dinamika politik di kawasannya. Sehingga pilihan ini diambil dengan segala resiko yang menyertai, meski banyak pihak menganggap Putin sedang mengulang kesalahan Uni Soviet.

Namun bagaimana hasil akhir dari perang ini? Masih belum bisa dipastikan. Namun, secara kapasitas militer Rusia jauh di atas Ukraina sehingga Rusia merasa superior. Dalam perkembangannya, Putin telah menyerukan kepada militer Ukraina agar melepaskan senjata dan pulang ke rumah meninggalkan perang sehingga tidak ada pertumpahan darah. Lebih lanjut, Putin menyerukan kepada militer Ukraina agar mengambil alih kekuasaan dari tangan Presiden Volodymyr Zelensky. Rusia melihat Ukraina dalam kontrol barat yang dipimpin oleh Amerika dan kelompok kanan ekstrim yang disebutnya dengan Neo-Nazi. Dari sini bisa dikatakan tujuan Putin ialah untuk mengendalikan Ukraina sehingga masuk dalam kontrol rusia atau tidak lagi pro pada barat. Oleh karena itu, jika Rusia berhasil memenangkan perang, maka akan ada presiden boneka di bawah kontrol Rusia.

Namun, meskipun Rusia berhasil memenangkan Perang, maka Ukraina akan menghadapi instabilitas politik dan ekonomi yang berkepanjangan. Presiden boneka yang akan dipilih tidak akan mendapat legitimasi dari mayoritas masyarakat Ukraina dan komunitas internasional. Pemulihan ekonomi akibat perang (ditambah dengan pekerjaan rumah akibat pandemi) akan sulit terjadi. Apalagi Ukraina yang baru sangat butuh bantuan internasional untuk pemulihan ekonomi. Di sisi lain, Rusia sebagai negara pengendali, juga akan sulit mengatasi persoalan ekonominya. Kerugiaan akibat perang serta sanksi ekonomi dari berbagai pihak yang begitu massif juga akan menjadi masalah internal tersendiri termasuk memberi dampak politik bagi kekuasaan Putin.