Berdasarkan data diatas, bahwa terdapat 9 provinsi (26 %) masuk dalam kategori aktifitas literasii sedang, 24 provinsi (71 %) masuk kategori rendah, dan 1 provinsi (3 %) masuk kategori sangat rendah. Artinya bahwa sebagian besar provinsi berada pada level aktifitas literasi rendah dan tidak satu pun provinsi termasuk ke dalam level aktifitas literasi tinggi dan sangat tinggi.

Hasil indeks alibaca nasional maupun provinsi diatas menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan. Oleh karena itu, pentingnya optimalisasi aktivitas literasi di sejumlah daerah sangat di pandang perlu demi tercapainya masyarakat yang kritis dan analitis serta dapat mengatasi post truth melalui budaya literasi Reading Comprehension.

• Pengaruh Budaya Reading Comprehension Terhadap Optimalisasi Literasi di Era Revolusi Industri 4.0
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan cepat merambah pada hampir semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Era revolusi 4.0 menjadi gerbang utama percepatan teknologi. Sekarang ini semua pekerjaan serba cepat dan mudah. Era revolusi 4.0 hadir bersamaan dengan era disrupsi, sehingga untuk mengatasi revolusi industri 4.0 atau era disrupsi perlu untuk melakukan penguatan kompetensi literasi yang lama dan secara stimulan mengokohkan atau penguatan literasi baru yang menyatu dalam penguatan kompetensi bidang keilmuan dan keahlian atau profesi.

Era revolusi industri 4.0 sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu beradaptasi dengan keadaan terkini. Dengan segala kecanggihan teknologi, sumber daya manusia harus dituntut bisa mengerjakan segala sesuatu dengan cepat. Era ini dituntut untuk menguasai teknologi dan sistem. Sumber daya manusia yang tidak bisa beradaptasi dengan cepat, maka akan ketinggalan segala informasi terbaru. Bahkan ada juga SDM yang terancam tidak bisa bekerja tanpa menguasai teknologi.