Tingkat keparahan dari infeksi virus Covid-19 yang berangsur-angsur mereda akan menjadi poin krusial dalam pembentukan rasa percaya diri dan kenyamanan bagi masyarakat dan dunia usaha dalam beraktivitas.

Kualitas pemulihan ekonomi juga terus dijaga dengan penguatan peran APBN sebagai shock absorber, khususnya dalam melindungi pemulihan kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

APBN berfungsi sebagai peredam kejut dari berbagai benturan ekonomi. Pengendalian stabilitas tingkat inflasi serta pasar keuangan domestik akan menjadi kunci dalam menjaga momentum pemulihan di tahun 2022.

Perekonomian Indonesia diprediksi tumbuh di kisaran 5,1–5,4 persen di tahun 2022. Proyeksi ini sejalan dengan kalkulasi lembaga internasional termasuk Bank Dunia (5,1 persen), IMF (5,3 persen), dan Consensus Forecast (5,1 persen). 

APBN memiliki pengaruh yang besar terhadap sektor ekonomi antara lain sektor moneter, neraca pembayaran dan sektor produksi. Di sektor moneter, pengaruh APBN sangat besar dikarenakan anggaran negara merupakan salah satu komponen dari uang primer yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat.

APBN juga sangat berpengaruh kepada neraca pembayaran, antara lain misalnya penerimaan migas dan gas bumi akan masuk rekening kas negara. Bagi sektor produksi, pengaruh APBN terlihat dari kebijakan penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Pemerintah yang membuat kebijakan anggaran defisit yaitu pengeluaran lebih besar dari penerimaan sehingga berdampak pada mengurangi tingkat pajak dan menambah pengeluaran seperti menambah subsidi, hal ini dapat berdampak kepada peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat yang berdampak pada meningkatnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang berdampak kepada dunia usaha.

APBN juga berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.