“Abian sudah paham?” Tanya sang ibu kemudian.

Abian mengangguk dan tersenyum. “Paham, Bu. Makasih udah jawab pertanyaan Abian.”

Sang ibu balas tersenyum. “Sama-sama, sayang. Kalau begitu Ibu mau lanjut mengajar dulu, sudah waktunya jam kedua masuk, nih.”

* * *

Setelah beberapa bulan berlalu, bahkan hingga tahun berganti, wabah Virus Corona tak juga usai. Selama itu, berbagai desas-desus serta informasi-informasi yang tak berdasar tersebar ke masyarakat. Ada yang tak percaya, namun tak sedikit pula yang termakan. Beberapa dari mereka bahkan ikut menyebarkan informasi tersebut yang bahkan belum jelas kebenarannya.

Bermacam-macam opini dan pendapat dari berbagai kepala berseliweran di berbagai media. Dalam hal ini adalah media sosial. Usia Abian sudah menginjak angka 12 tahun saat itu. Walaupun hampir tak pernah memainkan ponsel diluar jam sekolah, tetapi Abian cukup peka dengan berita-berita yang terjadi di luar sana. Jelas Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Meski wabah Virus Corona tak lagi separah tahun lalu, akan tetapi itu bukan jaminan untuk mengurangi kewaspadaan.

Mungkin inilah yang dinamakan krisis. Sebab oleh pandemi Virus Corona ini perekonomian tak berjalan dengan baik. Masyarakat melarat. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan, dan lapangan pekerjaan yang sudah sempit kini semakin sempit saja.

Tetapi Abian mengambil pemikiran yang positif bahwa di samping kedukaan pasti akan terselip kebahagiaan. Walaupun orang-orang akan berkata bahwa pemikirannya itu hanyalah pemikiran seorang anak kecil, Abian tak ambil pusing.

Abian bersyukur, setidaknya udara Jakarta jauh lebih baik ketimbang sebelum pandemi datang. Abian merasa bahwa Tuhan sedang membersihkan Bumi-Nya. *TAMAT*

Cerpen Wuhan dan Corona Virus ditulis oleh M Yunus – Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Jurnalistik UIN Alauddin Makassar.

Baca Juga : RINDU

Pilihan Video