Wanita paruh baya itu Ibunya. Saat itu juga ia menyeka pipinya. Meninggalkan semua pikirannya.

“Kamu itu seharian ini di kamar terus. Mikirin apa toh, Nduk?” “Nggak, Bu. Injan gak apa-apa”.

Injan berbohong. Entah berapa kali ia berbohong hari ini. Jauh di lubuk hatinya, ia mengkhawatirkan sesuatu. Ia merindukan hal-hal yang lagaknya susah diwujudkan.

“Kalau ada apa-apa, cerita sama Ibumu ini. Barangkali Ibu bisa bantu, Nduk”.

“Bu . . .”

Kata-kata Injan tersendat. Matanya berkaca-kaca. Air mata menumpuk di pelupuk matanya lalu mengalir.

“Bu, Bu. . .”

Ibunya meraih. Memeluknya. Seketika itu Injan menangis sejadi-jadinya. Kini hanya suara Injan dengan isak tangis yang terdengar. Memenuhi ruang makan malam itu.

***

Dua puluh bulan yang lalu, stasiun tv sibuk mengabarkan kedatangan virus asal China. Bukan hanya di Kota Surabaya. Seluruh dunia gempar membicarakannya. Injan tefokus pada salah seorang presenter. Dalam narasinya, presenter itu mengumumkan bahwa virus corona Wuhan menjangkiti dua warga Indonesia, tepatnya di Kota Depok, Jawa Barat. Kedua orang itu merupakan seorang Ibu dan putrinya. Injan merasa was-was. Di Kota Surabaya ini, ia hanya tinggal bertiga. Ayah, Ibu, dan dirinya. Ada sedikit perasaan bersyukur di hati Injan, bukan mereka yang tejangkit.

Injan mengganti channel lain. Niat hati mau menikmati libur hari ini dengan beberapa hiburan tv. Tapi tidak tersampaikan. Kembali presenter dalam stasiun lain menyiarkan bahwa merebaknya virus baru yaitu coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (Covid 19), yang berawal dari pemberitahuan kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di China tentang adanya sejenis pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui. Asal mula virus yang menyerang paru-paru ini berasal dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China yang ditemukan pada akhir Desember 2019. Dugaan awal hal ini terkait dengan pasar basah yang menjual ikan, hewan laut dan berbagai hewan lain yang beroperasi di Pasar Ikan Huanan.